PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PERCOBAAN III
HIDROLISA
PATI
NAMA : SA’DIAH AYU WIHARDINI
NIM : F120155048

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2017
PERCOBAAN III
HIDROLISA PATI
I.
Tujuan
Percobaan
-
Memahami reaksi
hidrolisa asam pati menjadi gula reduksi
-
Memahami reaksi
hidrolisa enzim pati menjadi gula reduksi
-
Mengetahui kadar gula
reduksi hasil hidrolisa kemudian membandingkan metode hidrolisa
II.
Landasan
Teori
Pati atau amilum adalah karbohidrat
kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak
berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk
menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang.
Pati dapat dibuat dari tumbuhan singkong (ubi kayu), ubi jalar, kentang,
jagung, sagu, dan lain-lain. Didalam pati tersusun atas dua macam karbohidrat,
amilosa dan amilopektin dalam komposisi yang berbeda-beda. Dua fraksi ini dapat
dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak
terlarut disebut amilopektin. Secara struktur amilosa mempunyai struktur lurus,
sedang amilopektin bercabang.
Pati atau amilum merupakan karbohidrat
kompleks yang dihasilkan oleh tumbuhan, dimana didalamnya terkandung kelebihan
glukosa (sebagai produk fotosintesis). Ubi kayu atau sering disebut dengan
singkong, mengandung karbohidrat yang cukup tinggi, sehingga dapat digunakan
sebagai bahan dasar dalam pembuatan glukosa melalui proses hidrolisa pati.
Hidrolisa pati merupakan proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian-bagian
penyusunnya yang lebih sederhana, seperti glukosa (Purba, 2009).
Dalam penelitian Baskar et al. (2008),
pati berasal dari singkong atau ubi kayu. Pati singkong ini kemudian
dihidrolisa dengan bantuan enzim α-amylase hingga menjadi glukosa. Konsentrasi
pati, konsentrasi enzim, suhu, waktu hidrolisa adalah variabel independent yang
digunakan dalam penelitian, sedang variabel dependent adalah yield glukosa.
Hidrolisis adalah proses dekomposisi
kimia dengan menggunakan air untuk memisahkan ikatan kimia dari substansinya.
Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian-bagian
penyusunnya yang lebih sederhana seperti dekstrin, isomaltosa, maltosa dan
glukosa (Purba, 2009). Proses hidrolisis pati menjadi sirup glukosa dapat
menggunakan katalis enzim, asam atau gabungan keduanya. Hidrolisis secara
enzimatis memiliki perbedaan mendasar dengan hidrolisis secara asam. Hidrolisis
secara asam memutus rantai pati secara acak, sedangkan hidrolisis secara
enzimatis memutus rantai pati secara spesifik pada percabangan tertentu.
Hidrolisis secara enzimatis lebih menguntungkan dibandingkan hidrolisis asam,
karena prosesnya lebih spesifik, kondisi prosesnya dapat dikontrol, biaya
pemurnian lebih murah, dan kerusakan warna dapat diminimalkan (Virlandi, 2008).
Secara garis besar, tahap hidrolisis pati adalah gelatinisasi, liquifikasi dan
sakarifikasi. Menurut Purba (2009) proses hidrolisis enzimatik dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: Enzim, ukuran partikel, Suhu, pH, waktu hidrolisis,
perbandingan cairan terhadap bahan baku (volume substrat), dan pengadukan.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
reaksi hidrolisa :
1. Katalisator
Hampir semua reaksi hidrolisa
memerlukan katalisator untuk mempercepat jalannya reaksi. Katalisator yang
dipakai dapat berupa enzim atau asam sebagai katalisator, karena kerjanya lebih
cepat. Asam yang dipakai beranekaragam mulai dari asam klorida, asam sulfat
sampai asam nitrat.
2. Suhu
dan tekanan
Pengaruh suhu terhadap
kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arhenius. Semakin tinggi suhu, maka
semakin cepat jalannya reaksi.
3. Pencampuran
(pengadukan)
Supaya zat pereaksi
dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya, maka perlu adanya pencampuran.
Untuk proses batch, hal ini dapat dicapai dengan bantuan pengaduk atau alat
pengocok (Agra dkk,1973).
4. Perbandingan
zat pereaksi
Kalau salah satu zat
pereaksi berlebihan jumlahnya, maka keseimbangan dapat menggeser ke sebelah
kanan dengan baik. Oleh karena itu, suspensi pati yang kadarnya rendah memberi
hasil yang lebih baik dibandingkan kadar patinya tinggi.
Enzim yang dapat digunakan adalah α-
amilase, β-amilase, amiloglukosidase, glukosa isomerase, pullulanase, dan
isoamilase. Enzim yang biasa digunakan untuk proses pembuatan sirup glukosa
secara sinergis adalah enzim α- amylase dan enzim glukoamilase. Enzim α-amylase
akan memotong ikatan amilosa dengan cepat pada pati kental yang telah mengalami
gelatinisasi. Kemudian enzim glukoamilase akan menguraikan pati secara sempurna
menjadi glukosa pada tahap sakarifikasi.
Tahap hidrolisis pati :
-
Gelatinisasi
Gelatinisasi, yaitu
memecah pati yang berbentuk granular menjadi suspensi yang viscous.
Gelatinisasi, yaitu memecah pati yang berbentuk granular menjadi suspensi yang
viscous. Granular pati dibuat membengkak akibat peningkatan volume oleh air dan
tidak dapat kembali lagi ke kondisi semula. Perubahan inilah yang disebut
gelatinisasi. Suhu pada saat granular pecah disebut suhu gelatiniasi yang dapat
dilakukan dengan adanya panas.
-
Liquifikasi
Tahap liquifikasi
secara enzimatik merupakan proses hidrolisa pati menjadi dekstrin oleh enzim
pada suhu diatas suhu gelatinisasi dan pH optimum aktivitas enzim, selama waktu
yang telah ditentukan untuk setiap jenis enzim. Proses liquifikasi selesai
ditandai dengan parameter dimana larutan menjadi lebih encer seperti sup.
-
Sakarifikasi
Tahap sakarifikasi
adalah tahap pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana dengan penambahan
enzim glukoamilase. Pada tahap ini dekstrin diubah menjadi glukosa. Untuk
memurnikan sirup glukosa yang dihasilkan dapat dengan proses absorbsi oleh
arang aktif.
Perkembangan Hidrolisis
Pati
Proses hidrolisis pati dalam suasana
asam pertama kali ditemukan oleh Kirchoff pada tahun 1912, namun produksi
secara komersial mulai terjadi sejak tahun 1950. Pada proses ini sejumlah pati
diasamkan hingga pH 2 kemudian dipanaskan dengan uap pada tanki bertekanan pada
suhu 120 – 140 oC. Derajat konversi yang diperoleh bergantung pada
konsentrasi asam, waktu konversi, suhu, dan tekanan selama reaksi.
Beberapa ilmuwan mencoba mengembangkan
parameter-parameter reaksi guna mendapatkan hasil reaksi yang lebih baik dan
lebih efisien, misalnya, merekomendasikan untuk menghidrolisis pati dengan HCl
atau asam sulfat pada suhu 100 oC paling lama selama 75 menit.
Percobaan ini dikembangkan lagi olewh Somogy dengan cara menentukan parameter
konsentrasinya. pada penemuannya diketahui bahwa campuran antara 0,5 % larutan
pati dengan larutan H2SO4 4N pada suhu 100 oC
selama 75 menit dapat menghasilkan 96% D-glukosa. Sementara itu, Bourne
menemukan bahwa hidrolisis pati dengan asam oksalat 1gr/cm3 pada
suhu 100 oC selama 4 jam akan menghasilkan glukosa sebagai produk
utama.
Hidrolisis tapioka (hasil ekstraksi di
pabrik pengolahan tepung tapioka) dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
glukosa (sirup glukosa). Hidrolisis tapioka secara asam sebenarnya merupakan
proses likuifikasi tapioka, yakni berupa pemutusan ikatan rantai-rantai molekul
pati yang lemah sehingga perolehan glukosanya belum maksimal.
Hidrolisis dengan menggunakan asam sudah
sejak lama berusaha digantikan dengan menggunakan enzim. Enzim bekerja secara
spesifik sehingga diharapkan bahwa kandungan bahan penyusun glukosa yang
dihasilkan dapat diatur perbandingannya sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Contoh enzimnya : P-amilase, glokoamilase, dan
lain-lain.
Sirup glukosa adalah sejenis larutan
yang amat kental dihasilkan dari hidrolisis pati dengan menggunakan katalisator
asam, enzim, atau gabungan keduanya. Kandungan bahan gula pereduksi diukur
sebagai ekivalen dari glukosa (DE) berkisar antara 18 – 73%, tergantung pada
dosis enzim yang diberikan, lamanya proses, dan keinginan konsumen. Kandungan
sakarida dalam sirup (umumnya disebut spektrum gula) sangat bervariasi, terdiri
dari glukosa, maltosa, iso amilosa, dekstrin, dan oligosakarida lainnya.
Hidrolisis pati secara enzimatis
merupakan proses sakarifikasi, yaitu proses pemutusan seluruh rantai molekul
pati sehingga didapatkan perolehan glukosa yang maksimal. Karena itu, pada
proses pembuatan glukosa secara asam biasanya diikuti oleh proses enzim dengan
tujuan agar produk yang dihasilkan benar-benar murni glukosa.
Proses hidrolisis lain yang mulai
digunakan adalah hidrolisis secara mikrobiologi. Proses ini terutama bertujuan
untuk mengkonversikan pati menjadi glukosa dengan menggunakan mikroorganisme
tertentu dari golongan jamur, yaitu jenis Rhizopus delemar atau Rhizopus
boulard. Proses secara mikrobiologi dibagi dalam 4 tahap, yaitu tahap di
laboratorium, pilot plant pertama, pilot plant kedua, dan tahap pemurnian.
Selain ketiga cara di atas, proses
hidrolisis dapat juga dilakukan secara basa, tetapi produk yang dihasilkan
bukan glukosa, melainkan saccharinate (sakarin), salah satu zat pemanis
sintesis. Pada proses secara asam, larutan berfungsi sebagai katalis, tetapi
pada proses basa, larutan basa ikut sebagai pereaksi bersama pati.
Jika basa yang digunakan adalah NaOH
maka terbentuk natrium sakarin, jika yang digunakan Ca(OH)2, maka
produknya adalah kalsium sakarin. Reaksi pembentukan sakarin akan menjadi
lambat jika dalam pereaksi terdapat oksigen terlarut, karena adanya oksigen ini
akan terbentuk asam-asam volatile seperti asam asetat dan asam format.
Spektrofotometer adalah merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari
cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan.
Jenis Spektrofotometer
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu
1.
spektrofotometer single-beam. Pada
jenis ini, cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya
nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan.
2. spektrofotometer
double-beam. pada jenis ini, nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan
dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama.
Pada dasarnya dengan adanya chopper yang akan membagi
sinar menjadi dua, di mana salah satu melewati blanko (disebut juga reference
beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam). Dari kedua
jenis spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam memiliki
keunggulan lebih dibanding single-beam, karena nilai absorbansi larutannya
telah mengalami pengurangan terhadap nilai absorbansi blanko. Selain itu, pada
single-beam, ditemukan juga beberapa kelemahan seperti perubahan intensitas
cahaya akibat fluktuasi voltase.
III.
Alat
dan Bahan
v Alat :
Nama
Alat
|
Jumlah
|
Batang
pengaduk
|
1
|
Beakerglass 100 ml
|
2
|
Beakerglass 250 ml
|
1
|
Botol
aquadest
|
1
|
Buret
|
1
|
Corong
|
1
|
Erlenmeyer
|
1
|
Gelas
arlogi
|
2
|
Gelas
ukur 10 ml
|
1
|
Gelas
ukur 50 ml
|
1
|
Hot
plat
|
1
|
Kondensor
|
1
|
Labu
leher tiga
|
1
|
Pipet
|
1
|
Statif
dan Klem
|
1
|
Spektrometer
|
1
|
Timbangan
|
1
|
v Bahan :
Nama
Bahan
|
Jumlah
|
Aquadest
|
Secukupnya
|
HCl
2N
|
250
ml
|
NaOH
|
1,35
gram
|
Pati
|
5
gram
|
IV.
Cara
Kerja

V.
Perhitungan
-
Pembuatan larutan HCl
2N 100ml
N = 10×BJ×%× 

N = 10×1,19×37× 

N = 12,06 N
V1×N1
= V2×N2
V1×12,06 = 100×2
V1 = 

V1 = 16,58 ml (HCl
pekat + aquadest ad 100 ml)
-
Kadar air
standar 17-32%
Rata-rata
= 

-
Kadar gula reduksi dari data absorbansi

%
=

1.
% =

%
= 72,33%
2.
% =

%
= 78,67%
3.
% =

%
= 83,16%
4.
% =

%
= 80,78%
5.
% =

%
= 83,16%
-
% kadar = 

%
kadar = 

%
kadar = 79,62%
VI.
Hasil
Percobaan
Date: 24/Feb/2017 19:13:49
Instrumen
Name: UV-Vis Spectrophotometer UV-1280
Instrumen
S/N: A12065402060
Measure
mode: Abs
Wavelength
/ nm: 500.0
K
factor: 1.000
Data
accumulation / sec: 0,2
Slit
width / nm: 5
No. Abs K*Abs
1 -0,0001 -0,0001
2 0,0034 0,0034
3 0,0037 0,0037
4 0,0039 0,0039
5 0,0038 0,0038
6 0,0039 0,0039
VII.
Pembahasan
Hidrolisis adalah proses dekomposisi
kimia dengan menggunakan air untuk memisahkan ikatan kimia dari substansinya.
Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian-bagian
penyusunnya yang lebih sederhana seperti dekstrin, isomaltosa, maltosa dan
glukosa (Purba, 2009). Pada umumnya
kadar air standar adalah 17-32%. Dari kadar air standar tersebut didapatkan
rata-rata kadar air untuk perhitungan kadar gula reduksi.
Dalam percobaan analisa pati ini, sampel
yang digunakan adalah pati beras. Penambahan HCl pada sampel bertujuan untuk
mengaktifkan air karena larutan HCl mempunyai ion H+ dan sebagai katalisator. Setelah
itu dilakukan pemanasan yang bertujuan agar pati dapat menyerap air sehingga
terjadi reaksi gelatinasi (berkurangnya viskositas) sehingga dapat larut dalam
air.
Penggunaan kondensor (pendingin balik)
berfungsi untuk menjaga volume larutan tetap konstan. Kondisi yang berlaku
adalah pada saat larutan dipanaskan dan menimbulkan uap, uap tersebut akan
masuk ke dalam kondensor dan akan tertahan di dalam pipa yang bagian luarnya
terdapat air dingin. Air tersebut membuat uap mengembun lebih cepat sehingga
uap itu berubah menjadi cair kembali dan turun ke labu didih lagi, maka jumlah
volume larutan tetap.
Larutan yang sudah di hidrolisis kemudian
di saring. Filtrat diambil 20 ml lalu dinetralkan dengan penambahan NaOH, di
encerkan dengan aquadest lalu dimasukkan ke dalam buret. Kemudian mengambil
fehling A dan fehling B dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml lalu dipanaskan
sampai mendidih sambil dititrasi dengan larutan dalam buret, tujuan ditambahkannya fehling A dan B adalah sebagai
pendeteksi ada atau tidaknya glukosa dalam larutan. Ketika warna biru
hampir hilang dan terbentuk endapan merah bata dapat ditambahkan indikator
metil kue sebanyak 2 tetes, alasan indikator ini di tambahkan pada saat suhu
larutan masih panas adalah karena apabila indikator ini di tambahkan pada suhu
dingin, maka fungsi indikatornya akan hilang dan endapan merah bata tidak akan
terbentuk. Fungsi dari indikator ini sendiri adalah untuk mengetahui terjadinya
titik ekivalen karena perubahan larutan dilanjutkan titrasi sampai warna biru
menghilang. Saat warna biru sudah menghilang dan dasar erlenmeyer terdapat
endapan catat volumenya. Reaksi yang terjadi adalah :

Pada proses titrasi ini, endapan merah
bata yang terbentuk menandakan telah terjadinya titik ekivalen, namun pada
percobaan kali ini larutan tidak terdapat endapan dan warna hanya sedikit
memudar dari sebelumnya. Mungkin ini dikarenakan proses pemanasan yang terlalu
lama, sehingga akan menimbulkan karbon atau arang, selain itu pada konsentrasi
katalis jika menggunakan asam berlebih akan menyebabkan garam yang dihasilkan
akan lebih banyak dan mempengaruhi.
Reaksi hidrolisa pati:

Karena kurang maksimalnya percobaan ini
maka larutan di uji coba dengan alat spektrofotometer untuk mendapatkan data
sehingga dapat menghitung kadar gula reduksi dalam sampel. Data yang di
dapatkan sebagai berikut:
Date: 24/Feb/2017 19:13:49
Instrumen
Name: UV-Vis
Spectrophotometer UV-1280
Instrumen
S/N: A12065402060
Measure
mode: Abs
Wavelength
/ nm: 500.0
K
factor: 1.000
Data
accumulation / sec: 0,2
Slit
width / nm: 5
No. Abs K*Abs
1 -0,0001 -0,0001
2 0,0034 0,0034
3 0,0037 0,0037
4 0,0039 0,0039
5 0,0038 0,0038
6 0,0039 0,0039
Data
di atas pada nomer satu disebut blanko, dalam percobaan ini blanko yang
digunakan adalah aquadest. Lalu pada data kedua sampai terakhir merupakan data
yang digunakan untuk menghitung kadar gula. Kadar (%) pertama yaitu 72,33%,
kadar kedua 78,67%, kadar ketiga 83,16%, kadar keempat 80,78%, dan kadar kelima
83,16%. Maka % kadar gula reduksi dari kelima data di atas adalah 79,62%.
VIII.
Kesimpulan
Dari
percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Hidrolisis
adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan air untuk memisahkan ikatan
kimia dari substansinya. Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul
amilum menjadi bagian-bagian penyusunnya yang lebih sederhana seperti dekstrin,
isomaltosa, maltosa dan glukosa (Purba, 2009).
2. Spektrofotometer adalah merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari
cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan.
3. Kadar
gula reduksi dalam pati beras adalah 79,62%
IX.
Saran
Saran
yang dapat diberikan untuk percobaan ini adalah sebaiknya praktikan lebih
teliti dalam mengamati perubahan warna larutan saat proses titrasi, agar
tercapai titik ekivalen yang tepat.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Baskar,
G., Muthukumaran, C., Renganathan, S., (2008), “Optimization of Enzymatic
Hydrolysis of Manihot Esculenta Root Starch by Immobilize α-Amylase Using
Response Surface Methodology”, International Jurnal of Natural Sciences and
Engineering 1:3, pp. 156-160.
2. Chaerani, Annisa Nurul. 2010. Laporan hidrolisis Sukrosa. http://www.slideshare.net Diakses pada
1 Maret 2013.
4. Purba,
Elida, (2009), “Hidrolisis Pati Ubi Kayu (Manihot Esculenta) dan Pati Ubi Jalar
(Impomonea batatas) menjadi Glukosa secara Cold Process dengan Acid Fungal
Amilase dan Glukoamilase”, Universitas Lampung, Lampung.
5. Virlandia,
Feby, (2008), “Pembuatan Sirup Glukosa dari Pati Ubi Jalar (Impomonea batatas)
dengan metode Enzimatis”.
LAMPIRAN





