PERCOBAAN
X
IDENTIFIKASI
UMUM ALKALOID
I.
TUJUAN
Setelah seleai praktikum diharapkan
mahasiswa dapat melakukan identifikasi umum untuk alkaloid dalam tumbuhan.
II.
DASAR TEORI
Pengertian Alkaloid
Kata alkaloid pertama kali diperkenalkan
oleh W. Meisner pada awal abad 19 untuk senyawa bahan alam yang bereaksi
seperti basa. Alkaloid adalah senyawa nitrogen organik, lazimnya bagian cincin
heterosiklik, bersufat basa, sering bersifat optis aktif dan kebanyakan
berbentuk kristal. (Tim Penyusun Penuntun Praktikum Farmakognosi. 2009).
Alkaloid dapat digolongkan sebagai
berikut :
1. Alkaloid sejati
Alkaloid sejati adalah senyawa yang
mengandung nitrogen pada struktur heterosiklik, struktur kompleks, distribusi
terbatas yang menurut beberapa ahli hanya ada pada tumbuhan. Alkaloid sejati
ditemukan dalam bentuk garamnya dan dibentuk dari asam amino sebagai bahan
dasar biosintesis.
2. Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid memiliki sifat seperti
alkaloid sejati tetapi tidak diturunkan dari asam amino. Contoh : isoprenoid,
terpenoid (coniin), dan alkaloid steroidal (paravallarine).
3. Protoalkaloid
Protoalkaloid adalah senyawa amin
sederhana dengan nitrogen tidak berada pada cincin heterosiklik. Contoh :
mescaline, betanin, dan serotonin.
(Swastini, Dewa Ayu.2007).
Fungsi alkaloid dalam tanaman saat ini
belum diketahui dengan jelas. Ada beberapa dugaan fungsi alkaloid, yaitu
sebagai metabolit sekunder yang berguna melindungi tanaman dari predator,
sebagai metabolit akhir yaitu limbah yang tidak berfungsi sebagai substansi
simpanan atau sebagai regulator pertumbuhan. Alkaloid banyak dimanfaatkan oleh
manusia karena memiliki efek farmakologi, diantaranya :
• Depresan saraf pusat, yaitu morfin dan
skopolamin
• Simulan saraf pusat, yaitu strihnin
dan kafein
• Simpatomimetik, yaitu efedrin
• Simpatolitik, yaitu yohimbin dan
alkaloid ergot
• Parasimpatomimetik, yaitu eserin dan
pilokarpin
• Antikolinergik, yaitu atoprin dan
hiosiamin
• Ganglioplegik, yaitu spartein dan
nikotin
• Anestesi lokal, yaitu kokain
• Mengobati fibrilasi, yaitu quinidin
• Antitumor, yaitu vinblastin dan
eliptisin
• Antibakteri, yaitu berberin
• Amoebasida, yaitu emetin
Selain pada tumbuhan, alkaloid juga
ditemukan pada bakteri seperti pyosianin yang dihasilkan oleh Pseudomonas
aeruginosa. Sementara pada fungi, terdapat alkaloid psilosin dari jamur
halusinogen dan ergomin dari Claviceps sp.
Alkaloid jarang ditemukan pada
gymnospermae atau pteridophyta. Alkaloid banyak ditemukan pada angiospermae
(10-15%). Pada tanaman monokotil, alkaloid dapat ditemukan pada tanaman dari
famili Amaryllidaceae dan Liliaceae. Pada tanaman dikotil, alkaloid dapat
ditemukan pada famili Annonaceae, Apocynaceae, Fumariaceae, Lauraceae,
Loganiceae, Magnoliaceae, Menispermaceae, Papaveraceae, Ranunculaceae,
Rubiaceae, Rutaceae, dan Solanaceae.
Alkaloid juga ditemukan pada beberapa
binatang, dalam beberapa kasus karena hewan tersebut mengkonsumsi tanaman yang
mengandung alkaloid, misalnya castoramin dari lili air yang ditemukan pada
berang-berang. Alkaloid sebagai produk metabolisme pada hewan seperti pada
salamander atau amfibi seperti bufo, phyllobates, dan dendrobates. Alkaloid
sebagai sekret dari kelenjar eksokrin banyak ditemukan pada arthropoda seperti
Hymenoptera, Neuroptera, Miriapoda, dan Coleoptera.
Pada tanaman, alkaloid ditemukan dalam
bentuk garam larut air seperti sitrat, malat, mekonat, tartrat, isobutirat,
benzoat, atau kadang-kadang kombinasi dengan tanin. Secara mikrokimia,
ditemukan bahwa alkaloid banyak ditemukan pada jaringan perifer dari batang
atau akar. Alkaloid disintesis padatempat yang spesifik seperti pada akar yang
sedang tumbuh, kloroplas, dan sel laktiferus.
(Swastini, Dewa Ayu.2007).
III.
BAHAN UJI
Serbuk biji kopi
Serbuk daun the
Serbuk coklat
Serbuk tembakau
Serbuk pala
Serbuk kayu manis
IV.
ALAT DAN BAHAN PEREAKSI
Alat
:
Tabung reaksi
Beker glass
Penangas air
Corong
Kapas
Pipet tetes
Bahan pereaksi :
Pereaksi alkaloid golongan I, II, III,
dan IV
HCl 2N
Eter
Kloroform
V.
CARA KERJA
A. Reaksi
Pengendapan
1. Pembuatan
larutan percobaan
Kurang lebih 500 mg serbuk simplisia,
ditambah 1 ml HCl 2N dan 9 ml air, dipanaskan di atas penangas air selama 2
menit, dinginkan dan saring.
2. Reaksi
Pengendapan
Ambil 3 tetes lrutan percobaan, letakkan
pada gelas arloji. Reaksikan dengan pereaksi Bouchardat LPatau dengan Mayer LP.
Jika tidak terjadi endapan, maka serbuk yang diperiksa tidak mengandung
alkaloid. Jika terjadi endapan, ada kemungkinan terdapat alkaloid (dengan
Bouchardat LP terjadi endapan coklat hingga hitam, dengan Mayer LP terjadi
endapan putih menggumpal yang larut dalam etanol). Jika terdapat endapan dengan
salah satu pereaksi pengendapan diatas, percobaan dilanjutkan dengan mengocok
filtrate didalam corong pisah dengan ditambahkan 3 ml ammonia dan 10 ml
campuran 3 bagian volume eter P dan 1 bagian voume kloroform P (dikocok pelan
agar tidak terbentuk emulsi). Pisahkan lapisan pelarut organic, tambahkan
natrium sulfat anhidrat P, saring. Filtrat diuapkan diatas penangas air, sisa
penguapan dilarutkan dengan sedikit HCl 2N. Larutan percobaan digunakan untuk 4
golongan uji pengendapan. Serbuk dikatakan mengandung alkaloid, jika reaksi
yang positif membentuk endapan sekurang-kurangnya 2 reaksi dari golongan reaksi
pengendapan yang dilakukan.
B. Reaksi
Warna
1. Pembuatan
Larutan Percobaan
Penyayrian dilakukan dengan campuran
eter-klorofrom seperti pada reaksi pengendapan. Beberapa ml filtrate
dipindahkan ke cawan pporselen dan diuapkan.
2. Reaksi
Identifikasi
Lakukan reaksi identifikasi dengan
menggunakan pereaksi-pereaksi warna yang tersedia (Asam sulafat P dan Asan
nitrat P)
VI.
PEMBAHASAN
Pada identifikasi umum dilakukan 2 macam
percobaan, yaitu reaksi pengendapan dan reaksi warna. Namun, terlebih dahulu
harus dilakukan penyiapan larutan percobaan. Adapun bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah simplisia serbuk biji kopi, serbuk daun teh, serbuk
coklat, serbuk tembakau, serbuk pala, dan serbuk kayu manis. Mula-mula serbuk
simplisia ditimbang sebanyak 500 mg, kemudian ditambahkan 1 mL HCl 2N dan 9 mL
air. Penambahan HCl 2 N bertujuan untuk menarik alkaloid dari dalam simplisia.
Alkaloid bersifat basa, sehingga dengan penambahan asam seperti HCl akan
terbentuk garam. Sedangkan fungsi penambahan air adalah untuk melarutkan garam
alkaloid yang terbentuk (Depkes RI, 1979). Setelah itu dilakukan pemanasan
selama 2 menit di atas penangas air, kemudian didinginkan lalu disaring.
Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk memecah ikatan antara alkaloid dengan
asam klorida sehingga diperoleh alkaloid yang bukan dalam bentuk garamnya.
kemudian didinginkan dan disaring lalu diambil filtratnya.
·
Serbuk biji kopi terbentuk larutan
berwarna kuning.
·
Serbuk daun teh terbentuk larutan
berwarna jernih.
·
Serbuk coklat terbentuk larutan berwarna
jernih.
·
Serbuk tembakau terbentuk larutan
berwarna coklat.
·
Serbuk pala terbentuk larutan berwarna
jernih.
·
Serbuk kayu manis terbentuk larutan
berwarna jernih.
Sisa filtrat kemudian digojog dalam
corong pisah dan ditambahkan 3 mL amonia P untuk membuat suasana basa dan 10 mL
campuran (3 bagian eter, yaitu ¾ x 10 ml = 7,5 mL dan 1 bagian kloroform, yaitu
¼ x 10 ml = 2,5). Penambahan dua pelarut ini bertujuan untuk melarutkan fase
organik yaitu campuran klorofom dan eter serta fase non organik yaitu air.
Karena kedua fase ini memiliki massa jenis yang berbeda, maka fase organik dan
fase non organik pada filtrat akan terpisah, dimana fase organik filtrat berada
pada bagian bawah larutan, sedangkan air sebagai fase organik berada pada
bagian atas larutan. Fase organik mengandung alkaloid karena alkaloid memiliki
sifat nonpolar sehingga larut dalam kloroform. Setelah itu fase organik
ditambahkan Na2SO4 anhidrat yang bersifat higroskopis, sehingga mampu mengikat
air yang tersisa pada filtrat. Kemudian, larutan disaring dan filtrat dibagi 2
untuk reaksi pengendapan dan reaksi warna.
a. Reaksi Pengendapan
Pada reaksi pengendapan, filtrat
diuapkan terlebih dahulu di atas penangas air untuk menghilangkan atau
menguapkan pelarut yang telah bercampur dengan alkaloid. Kemudian, sisa filtrat
yang telah diuapkan dilarutkan dalam HCl 2N. Penambahan HCl berfungsi untuk
membentuk garam alkaloid sehingga alkaloid dapat tertarik dari larutannya.
Alkaloid dalam bentuk garamnya inilah yang nantinya akan bereaksi dengan
reagent atau larutan pereaksi dan membentuk endapan.
No.
|
Simplisia
|
Endapan
|
1)
|
Serbuk
biji kopi
|
Tidak
terjadi endapan
|
2)
|
Serbuk
daun teh
|
Tidak
terjadi endapan
|
3)
|
Serbuk
coklat
|
Tidak
terjadi endapan
|
4)
|
Serbuk
tembakau
|
Tidak
terjadi endapan
|
5)
|
Serbuk
pala
|
Tidak
terjadi endapan
|
6)
|
Serbuk
kayu manis
|
Tidak
terjadi endapan
|
Berdasarkan percobaan reaksi pengendapan
di atas, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat simplisia yang mengandung
alkaloid karena tidak terbentuk endapan dari sekurang-kurangnya dua larutan
pereaksi.(Depkes RI,1977). Tidak terbentuknya endapan disebabkan karena
rusaknya larutan pereaksi atau kesalahan dalam proses pengerjaan, misalnya pada
proses penguapan dan penambahan HCl 2N.
Gambar : pengendapan kayu manis Gambar : pengendapan pala


b. Reaksi Warna
Pada reaksi ini, sebelum ditetesi dengan
larutan pereaksi, sampel terlebih dahulu diupkan di atas penangas air dengan
menggunakan cawan porselen. Hal ini juga bertujuan untuk menguapkan pelarut
yang telah bercampur dengan alkaloid. Pada uji warna ini, digunakan 2 pereaksi,
yaitu asam sulfat P, asam nitrat P. Dari percobaan di atas, diperoleh hasil :
No
|
Nama
Simplisia
|
Larutan
Percobaan
|
|
Asam
Sulfat
|
Asam
Nitrat
|
||
1.
|
Serbuk
biji kopi
|
Larutan
kuning
|
Larutan
kuning
|
2.
|
Serbuk
daun teh
|
Larutan
jernih
|
Larutan
jernih
|
3.
|
Serbuk
coklat
|
Larutan
jernih
|
Larutan
jernih
|
4.
|
Serbuk
tembakau
|
Larutan
kuning
|
Larutan
kuning
|
5.
|
Serbuk
pala
|
Larutan
kekuningan
|
Larutan
kekuningan
|
6.
|
Serbuk
kayu manis
|
Larutan
jernih
|
Larutan
jernih
|
Dari hasil percobaan, diperoleh hasil
uji negatif ( - ) pada simplisia serbuk biji kopi, serbuk daun teh, serbuk
coklat, dan serbuk kayu manis karena ada yang tidak mengalami perubahan warna
setelah ditetesi dengan larutan percobaan tertentu. Adapun penyimpangan hasil
uji warna ini disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan dalam penambahan
reagent atau larutan percobaan pada filtrat dan mungkin juga disebabkan oleh
proses penyarian filtrat yang kurang teliti.
Sedangkan diperoleh hasil uji positif
(+) serbuk pala dan serbuk tembakau karena terjadi perubahan warna oleh
penambahan ketiga larutan percobaan. Adanya perubahan warna disebabkan oleh
adanya interaksi antara alkaloid yang bersifat basa dengan larutan percobaan
yang bersifat asam sehingga menimbulkan reaksi asam-basa dan memicu timbulnya
warna tertentu.
Gambar : kayu manis + asam sulfat dan
kayu manis + asam nitrat

Gambar : pala + asam sulfta dan pala +
asam nitrat

VII.
KESIMPULAN
1) Alkaloida
adalah senyawa yang mengandung sebuah atom nitrogen yang bersifat basa lemah,
mempunyai cincin nitrogen yang heterosiklik karena itu dapat larut dalam
asam-asam serta membentuk garamnya dan umumnya mempunyai aktifitas fisiologis
yang baik terhadap manusia ataupun hewan.
2) Pada
uji identifikasi umum terhadap simplisia sebuk biji kopi, serbuk daun teh,
sebuk coklat, serbuk tembakaku, serbuk pala, dan serbuk kayu manis simplisia
negatif mengandung alkaloid.
3) Pada
reaksi pengendapan suatu serbuk simplisia mengandung alkaloid
sekurang-kurangnya jika terbentuk endapan dengan dua larutan pereaksi.
4) Pada
uji warna suatu simplisia mengandung alkaloid jika menghasilkan perubahan warna
dengan beberapa larutan pereaksi, diperoleh hasil uji negatif ( - ) pada
simplisia serbuk biji kopi, serbuk daun teh, serbuk coklat, dan serbuk kayu
manis. Sedangkan diperoleh hasil uji positif (+) pada sebuk pala dan serbuk
tembakau.
VIII. DAFTAR
PUSTAKA
Murtadlo, Yazid. 2013. isolasi,
identifikasi senyawa alkaloid total daun tempuyung (Sonchus arvensis Linn) Dan
uji sitotoksik dengan metode bslt (Brine Shrimp Lethality Test). Semarang :
Universits Diponegoro.
ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/kimia/article/view/1956. Diakses tanggal 25 Maret 2014, pukul 22 : 30.
Wijaksono, Aris. 1989.Isolasi Alkaloid dari Akar
Tuba Biji (Anamirta cocculus L). Surabaya : Intitut Teknologi Nopember.
http://digilib.its.ace.id/public/ITS-undergraduate-21984-1841 400034-
cover.pdf. Diakses tanggal 8 maret 2014, pukul20:51
Over eight years of successful operation in the pharmaceutical industry has enabled us to possess a full-bodied array of building blocks in numerous pack sizes. (±)-2-Hydroxy-1-Methoxyaporphine
BalasHapus