PERCOBAAN
III
PEMERIKSAAN
HAKSEL
I.
TUJUAN
Sesudah melakukan percobaan ini,
mahasiswa diharapkan dapat melakukan identifikasi beberapa macam haksel yang
biasa digunakan daam ramuan untuk pngobatan atau tersedia di apotek.
II.
DASAR TEORI
Haksel
merupakan bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, biji dan
lain-lain yang dikeringkan tetapi belum dalam bentuk serbuk.
Sedangkan, Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang dikeringkan. Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak memenuhi
persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan, khususnya persyaratan kadarnya.
Dianggap rusak jika oleh sebab tertentu, keadaannya tidak lagi memenuhi syarat,
misalnya basah oleh air laut, tercampur minyak pelumas dan lain-lain.
Dinyatakan bulukan jika kualitasnya turun karena dirusak oleh bakteri, cendawan
atau serangga. Dinyatakan tercampur jika secara tidak sengaja terdapat bersama
bahan-bahan atau bagian tanaman lain. Dianggap dipalsukan jika secara sengaja
diganti, diolah atau ditambahi bahan lain yang tidak semestinya.
Cara-cara
pemeriksaan untuk menilai simplisia ada 5 cara. Pemeriksaan haksel
dilakukan dengan cara pemeriksaan simplisia secara organoleptis, mikroskopik,
dan makroskopik.
Secara Oranoleptik :
Dengan pancaindera meliputi pemeriksaan bentuk, bau, rasa pada lidah dan
tangan, kadangkala dengan pendengaran. Dalam hal ini harus diperhatikan bentuk,
ukuran, warna bagian luar dan dalam, retakan-retakan atau gambaran-gambaran dan
susunan bahannya berserat-serat, penggumpalan dan sebagainya.
Secara Mikroskopik :
Umumnya pemeriksaan terhadap serbuk dalam irisan melintang.
Secara Fisika :
Meliputi pemeriksaan daya larut, bobot jenis, rotasi optic, titik lebur, titik
beku, kadar air, sifat-sifat simplisia dibawah sinar ultraviolet, penetapan
mikroskopis dengan sinar polarisasi.
Secara Makroskopik
: dilakukan dengan melihat simplisia dan serbuk simplisia secara langsung
dengan mata telanjang, memperhatikan bentuk dari simplisia.
Secara
Kimia : Secara kualitatif/identifikasi umumnya berupa reaksi warna
atau pengendapan.
Secara
Hayati/Biologi : Umumnya ditujukan pada pemeriksaan potensi zat
berkhasiat.
III.
ALAT DAN BAHAN
a. Alat
yang digunakan :
§ Kaca
pembesar (loup)
§ Pensil
§ Kertas
gambar
b. Bahan
uji yang diperiksa yaitu simplisia yang berasa; dari daun, kulit, batang, akar
dan rimpang :
§ Melaleuca
Fructus (Merica bolong)
§ Curcuma
aeruginosa Rhizoma (Rimpang temu lawak)
§ Curcuma
longae Rhizoma (Rimpang kunyit)
§ Abri
Folium (Daun saga)
§ Calami
Rhizoma (Dringo)
§ Guazumae
Folium (Daun jatilanda)
§ Languatis
Rhizoma (Rimpang lengkuas)
§ Parkiae
Semen (Biji kedawung)
§ Phyllanthi
Herba (Herba meniran)
§ Usneae
Thaullus (Kayu angin)
§ Sappan
Lignum (kayu secang)
§ Orthosiphonis
Folium (Daun kumis kucing)
§ Andrographidis
Folium (Daun sambiloto)
§ Tinosporae
Caulis (Batang brotowali)
§ Amomi
Fructus (Buah kapulaga)
§ Piper
relrofractum Fructus (Buah cabe jawa)
§ Morinda
citrifolia Fructus (Buah mengkudu)
§ Feoniculum
vulgare Fructus (Buah adas)
§ Parameriae
barbata Lignum (Kayu rapat)
§ Alstonis
scholaris Cortex (Kulit batang pule)
IV.
CARA PEMERIKSAAN
Ambil sedikit contoh yang dapat mewakili
(representative) simplisia yang akan diperiksa. deskrepsikan wujudnya secara
umum, dan sebutkan ciri khas / spesifik yang mungkin dimiliki. Lakukan uji
secara organoleptis (warna, bau, dan rasa), jika perlu haksel dapat dirobek,
dipatahkn atau diremuk.
V.
PEMBAHASAN
1. Melaleucae
Fructus (Merica Bolong)

Warna :
coklat tua – hitam
Bau :
aromatis dan pedas
Rasa :
sedikit pedas
Tanaman asal : Melaleuca leucadendra
Khasiat :
obat sakit perut
2. Curcumae
aeruginosae Rhizoma (Rimpang Temu Lawak)

Warna :
Kuning muda – kecoklatan
Bau :
sedikit menyengat
Rasa :
pahit
Tanaman asal : Curcuma aeruginosa
Khasiat :
antirematik, karminativ
3. Curcumae
longae Rhizoma (Rimpang Kunyit)

Warna :
orange
Bau :
khas kunyit
Rasa :
agak pahit
Tanaman asal : Curcuma domestica
Khasiat :
antidiare, skabisida
4. Abri
Folium (Daun Saga)

Warna :
hijau – hiaju pucat
Bau :
hampir tidak berbau
Rasa :
hambar
Tanaman asal : Abrus prectorius
Khasiat :
anti sariawan
5. Languatis
Rhizoma (Rimpang Lengkuas)

Warna :
kuning – kecoklatan
Bau :
tidak berbau
Rasa :
hambar
Tanaman asal : Alpina galangal
Khasiat :
karminativ, antifungi
6. Parkiae
Semen (Biji Kedawung)

Warna :
hitam
Bau :
khas
Rasa :
pahit
Tanaman asal : Parkia roxburghii
Khasiat :
anti diare, adstringensia
7. Phyllanthi
Herba (Herba Meniran)

Warna :
hijau – kecoklatan
Bau :
aromatic
Rasa :
pahit
Tanaman asal : Phyllanthi niruri
Khasiat :
diuretik
8.
Usneae Thaullus (Kayu
Angin)

Warna : Coklat
Bau : tidak berbau
Rasa : pahit
Tanaman asal : Uanea misaminensis
Khasiat : obat sakit perut, antiseptik
9.
Sappan Lignum (Kayu Secang)

Warna : merah sappan
Bau : tidak berbau
Rasa : kelat
Tanaman asal : Caesalpina sappan
Khasiat : adstringensia
10. Orthosiphinis Folium (Daun Kumis Kucing)

Warna : hijau kehitaman
Bau : khas aromatik lemah
Rasa : agakasin, agakpahit, sepat
Tanaman asal : Orthosiphonis aritatus
Khasiat : diuretik
11. Andrographidhis Folium (Daun Sambiloto)

Warna : hijau
Bau : tidak berbau
Rasa : sangat pahit
Tanaman asal : Andrographidhid poniculata
Khasiat : bronkitis, pilek
12. Tinosporae Caulis (Batang Brotowali)
c

Warna : coklat – putih tulang
Bau : hampir tidak berbau
Rasa : sangat pahit
Tanaman asal : Tinospora tuberculata
Khasiat : obat demam, tonikum
13. Amomi Fructus (Buah Kapulaga)

Warna : putih abu kecoklatan
Bau : aromatik
Rasa : agak pedas
Tanaman asal : Amomum compactum
Khasiat : bumbu masak, pewangi
14. Piper rectrofracti Fructus (Buah Cabe Jawa)

Warna : hitam kecoklatan
Bau : khas aromatik
Rasa : pedas
Tanaman asal : Piper retrofractum
Khasiat : stimulansia
15. Morinda citrifolia Frustus (Buah Mengkudu)

Warna : hitam
Bau : khas mengkudu
Rasa : manis
Tanaman asal : morinda citrifolia
Khasiat : anti hipertensi, anti diabetik
16. Foeniculum vulgare Fructus (Buah Adas)

Warna : coklat
Bau : khas aromatik
Rasa : pedas mirip kamfer
Tanaman asal : Feoniculum vulgare
Khasiat : batuk, diare, perut kembung
17. Parameriae barbata Lignum (Kayu Rapat)

Warna : coklat
Bau : tidak berbau
Rasa : sepat, tidak berasa
Tanaman asal : Parameria laevigata moldenke
Khasiat : antipiretik
18. Alstonis scholaris Cortex (Kulit Batang Pule)

Warna : putih tulang
Bau : tidak berbau
Rasa : pahit
Tanaman asal : Alstonia scholaris
Khasiat : anti malaria, antipiretik
VI.
PEMBAHASAN
Hasil
yang diperoleh pada pengamatan beberapa haksel baunya aromatic disebabkan
adanya minyak atsiri. sedangkan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas. Banyak
simplisia yang memiliki perbedaan yang jelas jika dibandingkan dengan simplisia
yang lain. Hal ini disebabkan karena simplisia tersebut memiliki ciri khas yang
diakibatkan oleh adanya perbedaan anatomi dan morfologi.
Seperti
hasil yang diperoleh pada pengamatan haksel daun saga secara makroskopik dan
organoleptik, daunnya berwarna hijau, berbentuk tipis, tidak berkerut, tidak
mempunyai rasa, dan tidak mempunyai bau.. Daun saga memiliki kegunaan sebagai
anti sariawan. Hasil yang diperoleh pada pengamatan haksel biji kedawung,
bijinya berwarna hitam, berbau khas, dan rasanya pahit. Biji kedawung memiliki
kegunaan untuk adstringensia dan anti diare. Hasil yang diperoleh pada
pengamatan haksel kayu rapat, rasa kulit kayu sepat hampir tidak berasa, dan
tidak berbau. Berkhasiat untuk menghilangkan dingin untuk menghangatkan
lambung. Hasil yang diperoleh pada pengamatan haksel kunyit, rimpangnya
berwarna orange kekuningan, berbau aromatik, dan rasa agak hambar. Kunyit
memiliki kegunaan untuk anti diare dan skabisida.
VII.
KESIMPULAN
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi
simplisia yang dilakukan dengan 3 cara, antara lain:
Organoleptik, meliputi pengujian morfologi,
yaitu berdasarkan warna, bau, dan rasa, dari simplisia tersebut.
Makroskopik, merupakan pengujian yang dilakukan
dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ
tanaman yang digunakan untuk simplisia.
Mikroskopik, meliputi pemeriksaan irisan bahan
atau serbuk dan pemeriksaan anatomi jaringan tanaman itu sendiri.
VIII. DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 1978, Materia Media Indonesia Jilid
I-IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2008, “Buku Ajar Mata Kuliah Farmakognosi”, Jurusan
Farmasi FMIPA Universitas Udayana, Jimbaran.
Dalimartha, S., 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia,
Trubus agriwidya, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar