Jumat, 17 Maret 2017

Identifikasi Minyak Lemak, Lemak, dan Lilin



PERCOBAAN VI
IDENTIFIKASI MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN
I.                   TUJUAN
Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi minyak lemak, lemak, dan lilin, secara fisika dan kimia terutama untuk minyak lemak, lemak, dan lilin yang sering digunakan dalam bidang farmasi.

II.                DASAR TEORI
Senyawa organik lipid adalah senyawa yang heterogen dari jaringan. Pada dasarnya kelarutannya adalah dalam pelarut lemak, misalnya eter. Pada komponen-komponen dari lipid dapat dipisahkan dengan perbedaan kelarutannya dalam pelarut-pelarut organik yang berbeda. Lemak adalah suatu senyawa atau molekul yang terbentuk dari asam lemak atau gliserol. Lemak dapat dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol dengan menggunakan larutan alkali (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Lipid (dari kata yunani Lipos. Lemak) merupakan penyusun tumbuhan atau hewan yang dicerikan oleh sifat kelarutannya. Terutama lipid tidak bisa larut dalam air, tetapi larut dalam larutan non polar seperti eter.(Hart, 2003)
Senyawa-senyawa yang termasuk dalam lipid terbagi dalam beberapa golongan. Ada beberapa cara yang digunakan untuk penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar yaitu (Chandra, E., 2006):
1.      Lipid sederhana yaitu eter, asam lemak dan berbagi alcohol. Misalnya pada lilin dan gliserol.
2.      Lipid gabungan yaitu eter, asam lemak yang mempunyai gugus tambahan misalnya fosfolipid.
3.      Derivat lipid yaitu senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis. Misalnya lemak dan gliserol.
Sifat fisika lipid adalah (Chandra, E., 2006):
1.      Tidak larut dalam air, tetapi larut dala satu atau lebih pelarut organik misalnya eter, aseton,  kloroform, benzene, dan sering juga disebut pelarut lemak.
2.      Ada hubungan dengan asam lemak dan esternya.
3.      Mempunyai kemungkinan untuk digunakan oleh mehluk hidup.
Selain itu lipid dapat juga dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan kemiripan struktur lazimnya, yaitu (Fessenden dan Fessenden, 1997.):
1.      Asam lemak adalah asam organic yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam kaarboksilat yang mempunyai rantai karbon yang panjang dengan rumus umum :
O
R – C – OH
Pada umumnya asam lemak mempunyai jumlah atom karbon yang genap.
2.      Lemak adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol adalah suatu trihidroksi alkoholl yang terdiri atas tiga atom karbon, jadi tiap atom karbon mempunyai gugus – OH. Pada lemak saatu molekul gliserol mengikat tiga molkeul asan lemak. Oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida :
R1 – COO – CH2
R2 – COO – CH
R3 – COO – CH2
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair.
3.   Lilin (wax) adalah ester asam lemak dengan monohidroksi alcohol yang mempunyai rantai karbon panjang antara 14 sampai 34 atom karbon. Lilin dapat diperoleh antara lain dari lebah madu dan dari ikan paus atau lumba-lumba. Lilin dikeluarkan oleh lebah untuk membentuk sarang tempat penyimpanan madu.
4.   Fosfolipid adalah suatu gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk ester asam fosfat. Oleh karenanya fosfolipid adalah suatu fosfogliserida.
5.   Sfingolipid adalah senyawa yang mempunyai rumus dan merupakan satu-satunya sfingolipid yang mengandung fosfat adalah sfingomielin yan terdapat dalam jaringan saraf dan dalam otak yang mengandung sfingosin dengan beberapa ikatan rangkap.
6.   Terpen merupakan senyawa yang kebanyakan terdiri atas kelipatan dari lima atom karbon.
7.   Lipid kompleks adalah lipid yang terdapat alam bergabung dengan senyawa lain misalnya dengan protein atau dengan karbohidrat.
Asam lemak jarang terdapat bebas di alam tetapi terdapat sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Asam lemak pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai lurus, mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam lemak dapat dijenuhkan atau dapat mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap.
Lemak bisa digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun pembagiaannya yaitu:
·Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan.
·Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh .(Salirawati et al,2007)

III.             BAHAN UJI
1.      Minyak kelapa (Oleum Cocos)
2.      Minyak jagung (Oleum Maydis)
3.      Minyak kacang (Oleum Arachidis)
4.      Kacang tanah
5.      Kemiri

IV.             PEREAKSI DAN ALAT
Pereaksi yang digunakan :                                    Alat yang digunakan :
1.      Eter                                                                 1. Tabung reaksi
2.      Petroleum eter                                                 2. Pipet tetes
3.      Kloroform                                                       3. Lampu spiritus
4.      Etanol                                                              4. Penangas air
5.      Aquadest
6.      HCl 2N
7.      NaOH 2N
8.      KCl 2%
9.      Air sabun
10.  Raksa(II)Klorida
11.  Iodium
12.  Kalium hydrogen sulfat
V.                CARA KERJA
1.      Uji Noda Lemak
Teteskan minyak lemak pada kertas saring, biarkan mongering. Amati noda lemak yang jernih dan transparan. Untuk bahan nabati, lakukan penyaringan dengan eter, kemudian teteskan sari eter pada kertas saring. Amati noda lemak yang jernih.
2.      Uji Kelarutan
Ambillah satu tetes minyak dan tambahkan salah satu pelarut bertetes-tetes sampai tepat larut. Catat berapa tetes pelarut yang digunakan.
3.      Uji Pembentukan Emulsi
Kocok satu tetes minyak kelapa dalam tabung reaksi dengan 5 ml air. Amati apa yang terjadi. Ulangi percobaan tersebut dengan penambahan sedikit air sabun.
4.      Pembentukan Sabun
Didihkan 1 ml minyak lemak dalam  ml larutan Natrium hodroksida 2N, tambahkan 3 ml air. Amati apa yang terjadi. Bagi larutan menjadi 3 bagian. Netralkan satu bagian larutan dengan HCl 2N, satu bagian yang lain ditambah dengan kalium klorida, dan sisanya ditambah dengan magnesium sulfat. Amati apa yang terjadi.
5.      Uji Ketidakjenuhan
Siapkan 2 buah tabung reaksi. Masukkan kedalam masing-masing tabung 0,5 ml minyak beserta pasangannya (misalnya minyak jagung dalam minyak kelapa), tambahkan 10 ml kloroform, lalu tambahkan pereaksi Hubl sampai warna iodum dalam iodoform tetap, yaitu ungu. Catat volume pereaksi Hubl yang digunakan. Kesimpulan apa yang dapat anda ambil !

VI.             HASILPENGAMATAN
1.      Uji Noda Lemak
a.       Oleum Arachidis
saat diteteskan, menyebar, tapi masih ada yang menggumpal ditengah, agak lama keringnya, lama-lama penyebaran sempurna
b.      Oleum Cocos
saat diteteskan, minyak menyebar sempurna, tanpa ada gumpalan, dan minyak cepat kering
c.       Kacang tanah
setelah disaring dan dikeringkan, seperti timbul warna kuning
d.      Kemiri
setelah disaring dan dikeringkan, penyebaran lebih sempurna dan lebih transparan
2.      Uji Kelarutan
a.       PE
·         25 tetes Oleum Cocos + 10 tetes PE → larutan jernih
·         25 tetes aquadest + 10 tetes PE → awalnya ada gumpalan, lama-lama kuning jernih
b.      CHCl3
·         25 tetes Oleum Cocos + 10 tetes CHCl3 → larutan jernih
·         25 tetes Oleum Arachidis + 7 tetes CHCl3 → larutan jernih
c.       Etanol
·         25 tetes Oleum Cococ + 5 tetes etanol → awalnya larutan jernih, lama-lama membentuk Kristal
·         25 tetes OleumArachidis + 5 tetes etanol → awalnya larutan jernih, lama-lama ada gelembung dan berubah menjadi Kristal
Description: C:\Users\DELL\Documents\1485170382977.jpg
3.      Uji Pembbentukan Emulsi
a.       10 tetes Oleum Arachidis + 5 ml aquadest (bening) → dikocok, larutan menjadi keruh, air dan Oleum Arachidis memisah
b.      10 tetes Oleum Cocos + 5 ml aquadest (bening) → dikocok, larutan tetap jernih, air dan Oleum Cocos memisah
c.       10 tetes Oleum Arachidis + 5 ml aquadest + 1 ml air sabun → didkocok, larutan keruh berbusa (sedikit), laruta air dan minyak menyatu
d.      10 tetes Oleum Cocos + 5 ml aquadest + 1 ml air sabun → dikocok, larutan keruh dan busa lebih banyak, larutan air dan minyak menyatu
4.      Pembentukan Sabun
a.       Oleum Cocos
mendidihkan 1 ml minyak lemak (Oleum Cocos) + 2 ml larutan NaOH 2N + 3ml aquadest → mendidih
yang terjadi → minyak kelapa dan air terpisah (tidak tercampur)
·         3 ml larutan dinetralkan dengan HCl 3 ml → cairan tercampur dan adanya sabun dalam larutan
·         3 ml larutan dinetralkan dengan KCl 2% 3 ml → cairan tercampur dan adanya sabun dalam larutan
b.      Oleum Arachidhis
mendidihkan 1 ml minyak lemak (OleumArachidis) + 2 ml larutan NaOH 2N + 3 ml aquadest → mendidih
yang terjadi → Oleum Arachidis dan aquadest terpisah (tidak tercampur)
·         3 ml larutan dinetralkan dengan HCl 3 ml → cairan tercampur dan adanya sabun dalam larutan
·         3 ml larutan dinetralkan dengan KCl 3 ml → cairan tercampur dan adanya sabun dalam larutan
5.      Uji Ketidakjenuhan
a.       Larutan pembanding
·         0,5 ml aquadest + 10 ml kloroform + 2 tetes larutan iodium → warna larutan merah muda
·         0,5 ml Oleum Arachidis + 10 ml kloroform + 3 tetes larutan iodium → warna larutan merah muda
·         0,5 ml Oleum Cocos + 10 ml kloroform + 3 tetes larutan iodium → warna larutan merah muda
Kesimpulan : Oleum Cocos dan Oleum Arachidis merupakan minyak jenuh, dilihat dari warna pembanding (aquadest)

VII.          PEMBAHASAN
Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu dengan menggunakan uji kelarutan / daya larut, uji noda lemak, uji pembentukan emulsi, uji penyabunan dan uji ketidakjenuhan dapat diketahui bagaimana kelarutan daripada lemak didalam dan minyak serta untuk apakah lemak dan minyak dapat menghasilkan sabun setelah direaksikan dengan beberapa larutan dan dilakukan dengan beberapa perlakuan.
Pada salah satu percobaan uji kelarutan dilakukan pengujian larutan minyak dengan etanol, disini etanol bersifat semipolar, yaitu dapat bereaksi dengan larutan polar maupun nonpolar. Setelah minyak direaksikan dengan etanol dapat dilihat reaksinya yaitu terbentuk 2 fasse dimana etanol berada di lapisan atas. Etanol hanya dapat bereaksi / larut sebagian dengan minyak karena sifat semmipolarnya. Reaksi selanjutnya yaitu uji penyabunan, pada percobaan uji penyabunan sampel yang digunakan adalah  Oleum Cocos dan Oleum Arachidis. Semua sampel ditambahkan larutan NaOH dan aquadest kemudian larutan dididihkan, setelah itu dinetralkan dengan larutan HCl dan KCl dihasilkan busa dalam tabung reaksi, hal ini menandakan bahwa campuran larutan dengan sampel menghasilkan sabun. Pada uji noda lemak kami menguji sampel Oleum Arachidis, Oleum Cocos, kacang tanah, dan kemiri. Semua sampel kami totolkan pada kertas saring dan hasil dari Oleum Cocos dan Oleum Arachidis lebih jernih dan lebih transparan, sedangkan hasil noda dari kacang tanah dan kemiri meninggalkan noda sedikit kekuningan dan tidak transparan.

VIII.       KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pada uji noda lemak dihasilkan noda lemak pada Oleum Arachidis dan Oleum Cocos meninggalkan noda yang jernih dan transparan sedangkan hasil dari kacang tanah dan kemiri meninggalkan noda sedikit kekuningan dan tidak transparan.
2.      Minyak lemak atau lemak memiliki daya larut yang sama, yaitu tidak dapat larut dalam pelarut polar, namun bereaksi atau larut dalam pelarut nonpolar. Jadi dapat disimpulkan minyak lemak dan lemak merupakan larutan nonpolar.
3.      Pada reaksi pembentukan emulsi Oleum Arachidis dan Oleum Cocos direaksikan dengan aquadest menghasilkan larutan tidak tercampur, sedangkan Oleum Arachidis dan Oleum Cocos direaksikan dengan aquadest dan ditambahkakn sedikit air sabun menghasilkan larutan dapat tercampur.
4.      Reaksi penyabunan dilakukan dengan melarutkan lemak atau minyak kedalam aquadest dan NaOH 2N, kemudian di didihkan. Saat direaksikan tidak terjadi perubahan warna, hasilnya minyak lemak dan aquadest tidak dapat tercampur.
5.      Reaksi uji ketidakjenuhan dihasilkan Oleum Cocos dan Oleum Arachidis merupakan minyak jernih dilihat dari warna larutan pembanding (aquadest).

IX.             DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Frank B. 1995. Buku Ajar Biokimia Edisi ketiga. Jakarta : EGC.
Gilvery, Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional Edisi 3. Surabaya : Airlangga University
Harper, et al. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry) Edissi 17. Jakarta : EGC
Kay, E.R.M. 1966. Biochemistry : An Introduction to Dynamic Biology. Collier-Macmillan.Canada.
Kuchel, P., G. B. Ralston. 2006. Biokimia. Schaum. Terjemahan. Erlangga. Jakarta.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar