Jumat, 17 Maret 2017

Identifikasi Umum Alkaloid



PERCOBAAN X
IDENTIFIKASI UMUM ALKALOID

I.                   TUJUAN
Setelah seleai praktikum diharapkan mahasiswa dapat melakukan identifikasi umum untuk alkaloid dalam tumbuhan.

II.                DASAR TEORI
Pengertian Alkaloid
Kata alkaloid pertama kali diperkenalkan oleh W. Meisner pada awal abad 19 untuk senyawa bahan alam yang bereaksi seperti basa. Alkaloid adalah senyawa nitrogen organik, lazimnya bagian cincin heterosiklik, bersufat basa, sering bersifat optis aktif dan kebanyakan berbentuk kristal. (Tim Penyusun Penuntun Praktikum Farmakognosi. 2009).
Alkaloid dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Alkaloid sejati
Alkaloid sejati adalah senyawa yang mengandung nitrogen pada struktur heterosiklik, struktur kompleks, distribusi terbatas yang menurut beberapa ahli hanya ada pada tumbuhan. Alkaloid sejati ditemukan dalam bentuk garamnya dan dibentuk dari asam amino sebagai bahan dasar biosintesis.
2. Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid memiliki sifat seperti alkaloid sejati tetapi tidak diturunkan dari asam amino. Contoh : isoprenoid, terpenoid (coniin), dan alkaloid steroidal (paravallarine).
3. Protoalkaloid
Protoalkaloid adalah senyawa amin sederhana dengan nitrogen tidak berada pada cincin heterosiklik. Contoh : mescaline, betanin, dan serotonin.
(Swastini, Dewa Ayu.2007).
Fungsi alkaloid dalam tanaman saat ini belum diketahui dengan jelas. Ada beberapa dugaan fungsi alkaloid, yaitu sebagai metabolit sekunder yang berguna melindungi tanaman dari predator, sebagai metabolit akhir yaitu limbah yang tidak berfungsi sebagai substansi simpanan atau sebagai regulator pertumbuhan. Alkaloid banyak dimanfaatkan oleh manusia karena memiliki efek farmakologi, diantaranya :
• Depresan saraf pusat, yaitu morfin dan skopolamin
• Simulan saraf pusat, yaitu strihnin dan kafein
• Simpatomimetik, yaitu efedrin
• Simpatolitik, yaitu yohimbin dan alkaloid ergot
• Parasimpatomimetik, yaitu eserin dan pilokarpin
• Antikolinergik, yaitu atoprin dan hiosiamin
• Ganglioplegik, yaitu spartein dan nikotin
• Anestesi lokal, yaitu kokain
• Mengobati fibrilasi, yaitu quinidin
• Antitumor, yaitu vinblastin dan eliptisin
• Antibakteri, yaitu berberin
• Amoebasida, yaitu emetin
Selain pada tumbuhan, alkaloid juga ditemukan pada bakteri seperti pyosianin yang dihasilkan oleh Pseudomonas aeruginosa. Sementara pada fungi, terdapat alkaloid psilosin dari jamur halusinogen dan ergomin dari Claviceps sp.
Alkaloid jarang ditemukan pada gymnospermae atau pteridophyta. Alkaloid banyak ditemukan pada angiospermae (10-15%). Pada tanaman monokotil, alkaloid dapat ditemukan pada tanaman dari famili Amaryllidaceae dan Liliaceae. Pada tanaman dikotil, alkaloid dapat ditemukan pada famili Annonaceae, Apocynaceae, Fumariaceae, Lauraceae, Loganiceae, Magnoliaceae, Menispermaceae, Papaveraceae, Ranunculaceae, Rubiaceae, Rutaceae, dan Solanaceae.
Alkaloid juga ditemukan pada beberapa binatang, dalam beberapa kasus karena hewan tersebut mengkonsumsi tanaman yang mengandung alkaloid, misalnya castoramin dari lili air yang ditemukan pada berang-berang. Alkaloid sebagai produk metabolisme pada hewan seperti pada salamander atau amfibi seperti bufo, phyllobates, dan dendrobates. Alkaloid sebagai sekret dari kelenjar eksokrin banyak ditemukan pada arthropoda seperti Hymenoptera, Neuroptera, Miriapoda, dan Coleoptera.
Pada tanaman, alkaloid ditemukan dalam bentuk garam larut air seperti sitrat, malat, mekonat, tartrat, isobutirat, benzoat, atau kadang-kadang kombinasi dengan tanin. Secara mikrokimia, ditemukan bahwa alkaloid banyak ditemukan pada jaringan perifer dari batang atau akar. Alkaloid disintesis padatempat yang spesifik seperti pada akar yang sedang tumbuh, kloroplas, dan sel laktiferus.
(Swastini, Dewa Ayu.2007).

III.             BAHAN UJI
­          Serbuk biji kopi
­          Serbuk daun the
­          Serbuk coklat
­          Serbuk tembakau
­          Serbuk pala
­          Serbuk kayu manis

IV.             ALAT DAN BAHAN PEREAKSI
Alat :                                            
­          Tabung reaksi
­          Beker glass
­          Penangas air
­          Corong
­          Kapas
­          Pipet tetes
Bahan pereaksi :
­          Pereaksi alkaloid golongan I, II, III, dan IV
­          HCl 2N
­          Eter
­          Kloroform

V.                CARA KERJA
A.    Reaksi Pengendapan
1.      Pembuatan larutan percobaan
Kurang lebih 500 mg serbuk simplisia, ditambah 1 ml HCl 2N dan 9 ml air, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring.
2.      Reaksi Pengendapan
Ambil 3 tetes lrutan percobaan, letakkan pada gelas arloji. Reaksikan dengan pereaksi Bouchardat LPatau dengan Mayer LP. Jika tidak terjadi endapan, maka serbuk yang diperiksa tidak mengandung alkaloid. Jika terjadi endapan, ada kemungkinan terdapat alkaloid (dengan Bouchardat LP terjadi endapan coklat hingga hitam, dengan Mayer LP terjadi endapan putih menggumpal yang larut dalam etanol). Jika terdapat endapan dengan salah satu pereaksi pengendapan diatas, percobaan dilanjutkan dengan mengocok filtrate didalam corong pisah dengan ditambahkan 3 ml ammonia dan 10 ml campuran 3 bagian volume eter P dan 1 bagian voume kloroform P (dikocok pelan agar tidak terbentuk emulsi). Pisahkan lapisan pelarut organic, tambahkan natrium sulfat anhidrat P, saring. Filtrat diuapkan diatas penangas air, sisa penguapan dilarutkan dengan sedikit HCl 2N. Larutan percobaan digunakan untuk 4 golongan uji pengendapan. Serbuk dikatakan mengandung alkaloid, jika reaksi yang positif membentuk endapan sekurang-kurangnya 2 reaksi dari golongan reaksi pengendapan yang dilakukan.
B.     Reaksi Warna
1.      Pembuatan Larutan Percobaan
Penyayrian dilakukan dengan campuran eter-klorofrom seperti pada reaksi pengendapan. Beberapa ml filtrate dipindahkan ke cawan pporselen dan diuapkan.
2.      Reaksi Identifikasi
Lakukan reaksi identifikasi dengan menggunakan pereaksi-pereaksi warna yang tersedia (Asam sulafat P dan Asan nitrat P)

VI.             PEMBAHASAN
Pada identifikasi umum dilakukan 2 macam percobaan, yaitu reaksi pengendapan dan reaksi warna. Namun, terlebih dahulu harus dilakukan penyiapan larutan percobaan. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah simplisia serbuk biji kopi, serbuk daun teh, serbuk coklat, serbuk tembakau, serbuk pala, dan serbuk kayu manis. Mula-mula serbuk simplisia ditimbang sebanyak 500 mg, kemudian ditambahkan 1 mL HCl 2N dan 9 mL air. Penambahan HCl 2 N bertujuan untuk menarik alkaloid dari dalam simplisia. Alkaloid bersifat basa, sehingga dengan penambahan asam seperti HCl akan terbentuk garam. Sedangkan fungsi penambahan air adalah untuk melarutkan garam alkaloid yang terbentuk (Depkes RI, 1979). Setelah itu dilakukan pemanasan selama 2 menit di atas penangas air, kemudian didinginkan lalu disaring. Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk memecah ikatan antara alkaloid dengan asam klorida sehingga diperoleh alkaloid yang bukan dalam bentuk garamnya. kemudian didinginkan dan disaring lalu diambil filtratnya.
·         Serbuk biji kopi terbentuk larutan berwarna kuning.
·         Serbuk daun teh terbentuk larutan berwarna jernih.
·         Serbuk coklat terbentuk larutan berwarna jernih.
·         Serbuk tembakau terbentuk larutan berwarna coklat.
·         Serbuk pala terbentuk larutan berwarna jernih.
·         Serbuk kayu manis terbentuk larutan berwarna jernih.
Sisa filtrat kemudian digojog dalam corong pisah dan ditambahkan 3 mL amonia P untuk membuat suasana basa dan 10 mL campuran (3 bagian eter, yaitu ¾ x 10 ml = 7,5 mL dan 1 bagian kloroform, yaitu ¼ x 10 ml = 2,5). Penambahan dua pelarut ini bertujuan untuk melarutkan fase organik yaitu campuran klorofom dan eter serta fase non organik yaitu air. Karena kedua fase ini memiliki massa jenis yang berbeda, maka fase organik dan fase non organik pada filtrat akan terpisah, dimana fase organik filtrat berada pada bagian bawah larutan, sedangkan air sebagai fase organik berada pada bagian atas larutan. Fase organik mengandung alkaloid karena alkaloid memiliki sifat nonpolar sehingga larut dalam kloroform. Setelah itu fase organik ditambahkan Na2SO4 anhidrat yang bersifat higroskopis, sehingga mampu mengikat air yang tersisa pada filtrat. Kemudian, larutan disaring dan filtrat dibagi 2 untuk reaksi pengendapan dan reaksi warna.

a. Reaksi Pengendapan
Pada reaksi pengendapan, filtrat diuapkan terlebih dahulu di atas penangas air untuk menghilangkan atau menguapkan pelarut yang telah bercampur dengan alkaloid. Kemudian, sisa filtrat yang telah diuapkan dilarutkan dalam HCl 2N. Penambahan HCl berfungsi untuk membentuk garam alkaloid sehingga alkaloid dapat tertarik dari larutannya. Alkaloid dalam bentuk garamnya inilah yang nantinya akan bereaksi dengan reagent atau larutan pereaksi dan membentuk endapan.

No.
Simplisia
Endapan
1)       
Serbuk biji kopi
Tidak terjadi endapan
2)       
Serbuk daun teh
Tidak terjadi endapan
3)       
Serbuk coklat
Tidak terjadi endapan
4)       
Serbuk tembakau
Tidak terjadi endapan
5)       
Serbuk pala
Tidak terjadi endapan
6)       
Serbuk kayu manis
Tidak terjadi endapan

Berdasarkan percobaan reaksi pengendapan di atas, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat simplisia yang mengandung alkaloid karena tidak terbentuk endapan dari sekurang-kurangnya dua larutan pereaksi.(Depkes RI,1977). Tidak terbentuknya endapan disebabkan karena rusaknya larutan pereaksi atau kesalahan dalam proses pengerjaan, misalnya pada proses penguapan dan penambahan HCl 2N.
Gambar : pengendapan kayu manis          Gambar : pengendapan pala
Description: D:\IMG_20170127_170824_HDR.jpg     Description: D:\IMG_20170127_171739_HDR.jpg

b. Reaksi Warna
Pada reaksi ini, sebelum ditetesi dengan larutan pereaksi, sampel terlebih dahulu diupkan di atas penangas air dengan menggunakan cawan porselen. Hal ini juga bertujuan untuk menguapkan pelarut yang telah bercampur dengan alkaloid. Pada uji warna ini, digunakan 2 pereaksi, yaitu asam sulfat P, asam nitrat P. Dari percobaan di atas, diperoleh hasil :
No
Nama Simplisia
Larutan Percobaan


Asam Sulfat
Asam Nitrat
1.
Serbuk biji kopi
Larutan kuning
Larutan kuning
2.
Serbuk daun teh
Larutan jernih
Larutan jernih
3.
Serbuk coklat
Larutan jernih
Larutan jernih
4.
Serbuk tembakau
Larutan kuning
Larutan kuning
5.
Serbuk pala
Larutan kekuningan
Larutan kekuningan
6.
Serbuk kayu manis
Larutan jernih
Larutan jernih

Dari hasil percobaan, diperoleh hasil uji negatif ( - ) pada simplisia serbuk biji kopi, serbuk daun teh, serbuk coklat, dan serbuk kayu manis karena ada yang tidak mengalami perubahan warna setelah ditetesi dengan larutan percobaan tertentu. Adapun penyimpangan hasil uji warna ini disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan dalam penambahan reagent atau larutan percobaan pada filtrat dan mungkin juga disebabkan oleh proses penyarian filtrat yang kurang teliti.
Sedangkan diperoleh hasil uji positif (+) serbuk pala dan serbuk tembakau karena terjadi perubahan warna oleh penambahan ketiga larutan percobaan. Adanya perubahan warna disebabkan oleh adanya interaksi antara alkaloid yang bersifat basa dengan larutan percobaan yang bersifat asam sehingga menimbulkan reaksi asam-basa dan memicu timbulnya warna tertentu.
Gambar : kayu manis + asam sulfat dan kayu manis + asam nitrat
Description: D:\IMG_20170127_175141_HDR.jpg



Gambar : pala + asam sulfta dan pala + asam nitrat
Description: D:\IMG_20170127_175036_HDR.jpg

VII.          KESIMPULAN
1)      Alkaloida adalah senyawa yang mengandung sebuah atom nitrogen yang bersifat basa lemah, mempunyai cincin nitrogen yang heterosiklik karena itu dapat larut dalam asam-asam serta membentuk garamnya dan umumnya mempunyai aktifitas fisiologis yang baik terhadap manusia ataupun hewan.
2)      Pada uji identifikasi umum terhadap simplisia sebuk biji kopi, serbuk daun teh, sebuk coklat, serbuk tembakaku, serbuk pala, dan serbuk kayu manis simplisia negatif mengandung alkaloid.
3)      Pada reaksi pengendapan suatu serbuk simplisia mengandung alkaloid sekurang-kurangnya jika terbentuk endapan dengan dua larutan pereaksi.
4)      Pada uji warna suatu simplisia mengandung alkaloid jika menghasilkan perubahan warna dengan beberapa larutan pereaksi, diperoleh hasil uji negatif ( - ) pada simplisia serbuk biji kopi, serbuk daun teh, serbuk coklat, dan serbuk kayu manis. Sedangkan diperoleh hasil uji positif (+) pada sebuk pala dan serbuk tembakau.

VIII.       DAFTAR PUSTAKA
Murtadlo, Yazid. 2013. isolasi, identifikasi senyawa alkaloid total daun tempuyung (Sonchus arvensis Linn) Dan uji sitotoksik dengan metode bslt (Brine Shrimp Lethality Test). Semarang : Universits Diponegoro. ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/kimia/article/view/1956.  Diakses tanggal 25 Maret 2014, pukul 22 : 30.
Wijaksono, Aris. 1989.Isolasi Alkaloid dari Akar Tuba Biji (Anamirta cocculus L). Surabaya : Intitut Teknologi Nopember. http://digilib.its.ace.id/public/ITS-undergraduate-21984-1841 400034- cover.pdf. Diakses tanggal 8 maret 2014, pukul20:51

1 komentar:

  1. Over eight years of successful operation in the pharmaceutical industry has enabled us to possess a full-bodied array of building blocks in numerous pack sizes. (±)-2-Hydroxy-1-Methoxyaporphine

    BalasHapus